Kamis, 27 November 2008

IZINKAN AKU MENCINTAI

*Mahadaya senja


“Bagaimana Shi, sudah dapat pilihan yang tepat untuk masa depanmu?” tanya ayah.
“Belum yah, Shi bingung. Tidak ada yang dapat membuat hati Shi – Shi tertarik.” Jawab Shi
“Loh, kamu ini bagaimana? Sebentar lagi sudah tahun ajaran baru. Masak sampai sekarang masih belum ada yang di pilih. Yah sudah, ayah ada tawaran. Besok kita mencoba untuk mandaftar sekolah.” Jawab ayah
Keesokan harinya, ayah tepati janji. Dengan memakai baju kemaja dan celana botol beserta aksesoris tomboinya,Shi diajak untuk mendaftar di MAN 2. Dengan bangganya ayah mengajak Shi berkeliling sekolah itu, mengenalkannya sekaligus mengenang masa lalu ketika memjadi siswa di sekolah itu.
“Bagaimana Shi, baguskan sekolahnya, ini sekolah ayah dulu loh?”
“He….he…. bagus yah, suasananya sejuk. Nampaknya Shi – Shi bakalan betah deh di ini.” Senyum Shi nampak amat di paksakan. Sebenarnya hati ingin teriakan penolakan “Aku tidak mau sekolah di sini! Sekolah ini terlalu banyak peraturan!!!”. Tapi terima saja.Ia tak ingin memupuskan harapan sang ayah yang menginginkan anaknya yang badung ini jadi anak yang solehah.(ha….ha…ha…)
Setelah mendaftar, keesokan harinya, Shi di panggil untuk mengikuti tes,tapi harus menggunakan pakai seragam sekolah, bukannya seperti tempo hari. Adapun tesnya adalah mengaji, “OMJ, ngajiku kan tidak lancar. Bagaimana ini?” kesah Shi. Ya… wajar saja bila ia panas dingin mendengar ada tes mengaji. Secara, selama sekolah di Sekolah Dasar dan SMP ia jarang sekali yang namanya mengaji. Di SMP saja, kegiatan kerohanian hanya 1 jam di hari Sabtu. Tapi ia tak dapat mundur. Pantatnya sudah melekat di kursi, tinggal menyebutkan huruf – huruf arab yang terangkai indah itu.
“Hah…….selesai juga.” Ucapnya.
Akhirnya merekapun pulang, dan kini tinggal menunggu hasilnya. Selama 2 hari tiga malam ayah Shi tak dapat tidur nyenyak. Pasalnya ia amat khawatir jikalau anaknya itu tidak dapat lolos. Lain halnya dengan Shi, dia malah tidak ambil pusing dengan apa yang terjadi.”Nyantai aja ma, Allah tahu kok yang terbaik buat Shi. Kalau tidak lolos di sekolah itu, yah tinggal cari sekolah lain aja.” Jawabnya.
Hari yang ditunggupun tiba, sepasang mata sibuk memperhatikan papan pengumuman yang berisi dua ratus nama. Ia berharap ada satu nama yang ia kenal. Dan “Alhamdulillah, Shi kamu masuk, akhirnya anak ayah sekolah di sekolah agama” teriak ayah. Shi hanya menyunggingkan senyum terpaksanya lagi mendengar kabar yang menggembirakan bagi ayahnya itu.


***********

Sejak pagi Shi sibuk mondar – mandir di depan kaca. Sebentar – sebentar keningnya mengernyit, menghela napas panjang dan berteriak tak karuan. Belum lagi sang ayah yang cemas pada anaknya yang belum juga berada di meja makan padahal jam sudah menunjukkan pukul 6.30 Pagi. Sang ibu mengambil inisiatif untuk mmeriksa apa yang terjadi pada Shi.

“Ya Allah Shi, kamu itu mau ngapain. Mau sekolah atau mau perang. ha… ha..ha….. ada – ada saja kamu ini, kerudung kok di pakai kayak rembo begitu.” Tawa ibunya geli
“Ih mama…. Anaknya udah kayak gini, masih aja di ledeki. Bantuan dong ma masang kerudungnya, nanti Shi terlambat ke sekolah.”
Melihat wajah miris Shi, ibunyapun memasangkan kerudung anaknya. Walaupun tidak rapi, tapi Shi terlihat cantik dengan kerudung putih yang menjuntai di dadanya. “Wah, nggak nyangka ya, kakakku yang biasanya kayak preman, sekarang udah berubah jadi kayak mama dedek, eh mamah dedeh, wah dunia perlu tahu ni” ledek adiknya.
Tak kalah dengan kejadian yang terjadi di sekolah barunya. Ketika memasuki gerbang, semua mata tertuju pada sesosok siswi, siapa lagi kalau bukan Shi. Penampilannya yang Ngentrik dengan kalung rantai yang terbelit di leher serta lengan baju yang di singsing setinggi siku membuat semua mulut mencibirnya.
“Apa, liat – liat. Naksir ya” tanya Shi
“Siap yang naksir. Kamu ini aneh, ini sekolah MAN, sekolah agama. Penampilan kamu kok kayak gini, jaka sembung ke injak tai anget, kamu tuh nggak nyambung banget”ucap salah seorang siswi yang kemudian menjauh dari Shi - shi.
Shi menganggap itu semua angin lalu. Memang anaknya super cuek, yah dia anggap saja itu seperti gigitan semut, sakit tapi lama – lama juga hilang. Setelah melewati koridor, tiba – tiba senyumnya terkembang lebar. “Wah, ternyata sekolah ini bisa di ajak kompromi juga ya. Asyik banget nih kalu sekolah pakai celana. Aku nggak perlu jalan satu langkah lima kali goyang dengan rok yang menyeret sampai ketanah.” Ujarnya.
Selama masa penantian, akhirnya barulah ia dapati titik kerelaan untuk tetap bertahan di sekolah yang berbasic agama ini. Sudah 3 bulan ia menjadi siswi aliyah. Ia pernah berpikir, bahwa di atmosfer lingkungan seperti ini,ia tak akan pernah lagi bertemu dengan anak – anak yang senyawa dengannya;Badung, sleng’an, bandel,dll. Ternyata semua meleset, banyak juga siswa- siswi yang tidak patuh pada peraturan. Semua hatinya berbuat. Di dalam hatinya bertanya” Lantas mengapa mereka sekolah disini? Apakah sama sepertiku hanya untuk menyenangkan hati ayah? Katanya sekolah agama, tetapi kenapa anak – anaknya masih banyak yang bejat,brutal, dan acur?”.
Suatu hari kakak kelas mempromosikan kegiatan “Rohis” di kelas Shi. Awalnya ia tak begitu”ngeh” untuk mendengarkan. Tapi setelah di perkenalkan tentang agenda kegiatan rohis yang salah satunya adalah Jelam (Jelajah Alam), ia berubah semangat dan antusias mendengarkan. Pada hari Jum’at, setelah pulang ekskul semua anggota Rohis mengikuti kajian terpisah antara Ikhwan dan Akwat. Isi kajiannya antara lain mengupas makna ayat Al qur’an, siraman rohani, dan diskusi. Sungguh hal yang membosankan bagi Shi. “Kalau bukan karena Jelam, aku sudah pasti ngabur seperti teman – teman yang lain. Bayangkan dari 350 orang siswa – siswi, hanya 10 orang yang “feel” sama kegiatan ini.”
“Dek, gimana kajiannya. Seru gak?” Tanya kakak itu
“ Mau di jawab jujur atau bohong nih kak?” Shi balik bertanya
“Oh… ada paket nih ceritanya. Kalau gitu kakak milih adek jawab yang jujur aja deh.”
“Yang jujur, nggak enak benget. Boring, bosan, en al – al.” jawab Shi
“Kenapa, kok kamu ngerasa kegiatan ini ngebosenin ?” selidik kakak itu
“Habis nggak ada pertualangannya, suasananya adem ayem, coba kayak kegiatan yang lain. Boleh teriak – teriak, ngerumpi sambil nunggu mentor, ketawa – ketiwi juga nggak ada larangan. Tapi di rohis, ini salah itu salah. Lalu yang benar itu apa?” jawab Shi dengan menggebu – gebu
Kakak pengurus rohis itu tersenyum, wajahnya yang berwibawa membuat Shi sedikit menjaga sikapnya, tak seperti dengan yang lain, TTM (tak Tahu Malu).
“Dek, kakak juga dulu berpikir kayak gitu. Kenapa Rohis ini berbeda dengan yang lain. Contohnya aja, kenapa yang datang ke kegiatan ini nggak seramai kegiatan anak band yang nggak pernah sepi? Sekarang kakak baru tahu jawabannya. Bahwa banyak orang yang tidak menyadari bahwa sesuatu yang menurutnya menyenangkan saat ini belum tentu menyenangkan di kemudian hari. Di rohis ini, kita akan di bentuk jadi anak yang barani tampil beda dari yang lain. Jika yang lain memakai kerudung karena takut pada guru, kita memakainya karena itu perintah Allah. Jika mereka sekolah untuk mencari gebetan, kita sekolah untuk mencari ridho Allah, jika mereka hidup untuk mati, kita malah akan menjadikan hidup ini tempat mencari bekal untuk kehidupan yang lebih panjang lagi dan abadi.” Jelas kakak itu panjang lebar.
“Oh….gitu ya kak.” Shi manut – manut
“Oya dek, namanya siapa? dari tadi kita ngomong panjang lebar tapi nggak tahu namanya.”
“Nama saya Syifa Nabilah kak, tapi pangil saja saya Shi – shi biar kedengaran keren.”
“Panggilan Syifa itu jauh lebih keren lagi. Lebih islami. Oya kalau nama kakak Intifadah. Kakak aja bangga dengan nama kakak, nama itu adalah Doa loh.Orang tua kita juga udah capek – capek buat nama bagus, kita malah menggantinya. Hmm…. Afwan ya, kakak ada kajian lagi di luar. Kakak pamit dulu, eh tapi kakak mau tanya, udah pernah baca buku “Bukan muslimah sembarangan” belum?”
“belum kak, emang ada apa?” tanya Shi.
“Kalau belum, nih baca. Siapa tahu dapat hidayah. Terus nih kakak pinjamin kaset nasyid. Bagus, dan enak banget di dengar.” Jelas kak Intifadhah pada Shi.


********

Setelah semua pekerjaan telah selesai, Shi, eh Syifa mulai membuka selembar demi selembar buku yang di pinjamkan tadi sore. Lantunan lagu nasyidpun memenuhi ruang kamarnya. Ada sebuah perasaan tenang saat ini, setiap apa yang ia baca dan ia dengar seperti mengalirkan pemikiran – pimikiran jernih, mengencerkan isi kepalanya yang selama ini di penuhi dengan poster – poster britney Spear yang bugil dan lagu – lagu Metalica yang tak hanya bisa memekakkan telinga, tapi mungkin bisa membuat nenek – nenek koit.
“Bye…bye…Shi, and Welcome To Syifa Nabilah” teriaknya
Sekarang Syifa telah benar – benar berubah. Tak ada lagi jejak Shi yang tertinggal. Dari gaya berbicaranya, berjalan, dan berpikir ia sudah seperti seorang muslimah. Yang lebih mengejutkan adalah ia meminta kepada kedua orang tuanya untuk di belikan jilbab, pakaian muslimah, dan rok panjang. Itu tentu saja seisi rumah terkejut, “Yah, kakak perlu di periksa ke dukun tuh. Siapa tahu kesambet” ucap adiknya. Tapi syifa tak lagi perduli dengan yang di katakana semua orang tentang perubahannya. Orang tua Syifa malah antusias dengan perubahan anaknya yang sempat tomboy beberapa waktu lalu.
Ini yang lebih mencengangkan. Hati Syifa ternyata sudah ada yang mengisinya. Setiap hari ia selalu mencoba untuk mengetahui kabar tentang lelaki itu. Dari orang – orang terdekat. Merasa belum puas ia mencari di tempat lain. Ketika nama lelaki itu di sebut, jantung Syifa langsung Dag…dig....dug. “Ya Rabb….inikah yang namanya cinta. Benarkah seorang Syifa bisa mencintai orang seperti dia?. Suatu malam ibu Syifa menemukan sebuah puisi yang isinya untuk pujaan hati. Puisi itu membuat ibunya bertanya- tanya apakah perubahan anaknya selama ini karena hanya untuk mendapat cinta seseorang?


Tiada kata terindah yang dapat kuluapkan
Bersama membuncahnya rasa cintaku padamu
Membuat angan ini tak pernah henti
Untuk dapat menatap wajahmu,merengkuhmu, dan mencium tanganmu

Cintaku untukmu akan selalu kujaga
Tak boleh ada lelaki lain yang boleh menggantikannya di hatiku
Karena aku ingin mereguk kesyahduan mengenalmu
Mengagumimu lewat cerita orang atas kearifanmu
Kasih sayangmu

Wahai pujaanku,
Izinkan aku untuk mencintaimu
Walau hanya dalam kata ku luapkan rasa
Biarkan setiap hari kubawa sekeranjang salam untukmu
Hanya untukmu

Ya rabb,berikan jalan agar kami dapat bertemu
Karena aku ingin ungkapan satu kata
Bahwa aku mencintainya
Dan aku mendapatkan cintaMu pula.


By:pengagum (Syifa Nabilah)



*********

“Syifa, sudah lama kupendam rasa ini. Aku tak tahu bagaimana jadinya jika aku tak katakan perasaanku padamu. Aku suka padamu, wajah dan perangaimu sungguh membuatku tak ingin jauh darimu. Aku tahu, dulu ketika SMP, aku pernah menolak cintamu. Tapi aku harap kau lupakan masa lalu. Kita hidup di masa sekarang, dan aku sekarang mencintaimu. Maukah kau jadi pacarku?”
Syifa tertunduk.”Kenapa? kenapa kau baru datang sekarang. Kenapa ketika aku ingin setia kau datang tawarkan cinta yang lain. Aku harus bagaimana. Tuhan, tolong aku.”
“Tolong syifa jawab pertanyaanku. Maukah kau terima aku jadi pacarmu?”
Syifa memejamkan mata dalam – dalam seraya menghela napas, dan menjawab” tentu saja……”
“Benarkah kau mau jadi pacarku?”
Syifa tersenyum “ Afwan…jawabannya terpotong. Tentu saja Syifa menolakmu. Syifa ingin belajar setia untuk satu cinta saja.” Ucapnya sambil berlalu
“Syifa…siapa lelaki itu? Aku ingin bertemu dengannya.syifa…..”

Sayang,Syifa telah lama hilang di antara gerombolan siswa – siswi yang lain. Syifa sempat mendengar kata – kata terakhir lelaki yang baru saja mengutarakan cinta padanya.”kalau kamu mau bertemu dengannya. Berusahalah untuk dapat masuk surga. Karena jika kamu ke neraka, jangan harap dapat bertemu dengannya.^_^

Tidak ada komentar: