Aku mungkin mereka meyebutku dengan manusia aneh..
Aku tak tahu mengapa mereka berkata seperti itu. Mungkin karena aku adalah orang yang bias dibilang miskin .. Dan tidak cantik. Tidak seperti mereka yang cantik dan menawan, yang kaya dan raya, yang indah dan mengagumkan, aku selalu ngin seperti mereka, tapi apa daya aku tak punya apa – apa . .
Tapi ah sudahlah . .
Dunia ini masih banyak ruang yang bias aku tempati bukan hanya ruang sempit ini saja..
Tiba suatu hari aku ingin untuk merubah nasib ku menjadi orang yang lebih baik dari pada sekarang, dan keinginan itu ku wujudkan, dan aku pergi menerawang waktu di kota besar bernama JAKARTA. Disini mulailah segala perjalanan hidup ku yang takku sangka – sangka.
Hari pertama aku sampai di kota besar ini aku terkaget – terkaget dan terheran – heran, kota apa ini. Dalam benakku aku bertanya apakah ini kota yang membawa aku ke dalam keterpurukkan, aku tak tahu mengapa aku bertanya seperti itu, mungkin karena aku shok melihat keadaan seperti ini. Banya preman di mana – mana. Banyakpengemis dimana – mana an satu lagi yang tak mau ketiggalan yaitu sampah . . Inilah yag tidak ada tandingannya, bagaimana tidak tigkat kependudukan ilayah disaa sangat banyak sedagkan lowongan pekerjaan aduh,, bias dibilang sangat kurang..
Hari itu aku sangat bingung, di kota yang seperti ini di mana aku harus tinggal walau hanya untuk bereduh, akhirnya aku teringat bahwa temanku mariyem ada tinggal di Jakarta seorang diri. Mungkin ada celah sedikit kamarnya untuk aku berteduh malam ini. Tapi sepertinya aku mendapatkan sial yang bertimpa – timpa pada hari pertama ku ini. Aku tak tahu dimana rumahnya mariyem. Tak berapa lama aku berjalan ada wartel yang buka pada sore itu. Untungnya aku ada menyimpan nomor handphonenya mariyem. Aku masuk ke dalam wartel itu dan mulai untuk menekan nomor – nomor yang tersedia di telephone itu. Satu demi satu nomor aku tekan dengan teliti, karena apabila tak teliti ya sudahlah aku tak punya uang untuk menyia – nyiakan uang ku kalau hanya sekedar untuk membayar salah sambung.
“Haloo..” Sambut seeorang yang ada di seberang kabel telephone ku.
“Haloo..” Sambut suaraku agar tak di matikan jaringan ini.
“Ini siapa ya?” Suara khas punya mariyem, membuatku yakin ini adalah mariyem.
“Ini Zainab..”
“Zainab mana ya?” Tanya nya balik kepadaku.
“Zainab anaka pak munir” Jawabku.
“Zainab yang anak kampung sebung itu kan?”
“Ya..Ya..”
“Eh Zainab ada apa tumben kamu nelphone aku?”
“Ini yem aku sedang di Jakarta tapi aku tak ada tempat untuk berteduh untuk satu malam ini saja”
“Oh.., jadi”
“Boleh ndak aku nginep di rumah kamu untuk satu malam ini aja”
“Hah . .”
“Gimana ya..”
“Ya, udahlah, ndak papa”
“Yang bener yem”
“Iiya”
Untung ada meriyem di sini, kalau tidak.. Ah aku takut untuk memikirnya.
Keesokan harinya aku bangun di rumah yang tak sama dengan rumah ku yang ada di kampung. Rumah yang sangat aku rindukan dan aku sayangi. Tapi kini aku harus merasa debu yang sangat kotor, yang masuk ke dalamhidugku dan menusuknya, dan membuatku kadang – kadang bersin.
Hari demi hari aku lalui tanpa mengenal lelah apalagi libur dari tantangan. Tapi aku bias menaklukkannya, hingga hari ini hari ke 32 aku ada di Jakarta ini. Dan persediaan uangku sangat menpis. Bayangin aja sudah 1 bulan aku di Jakarta tapi hingga saat ini belum ada satu pekerjaan pun yang aku dapat.
Hingga pada suatu hari aku berteu dengan seseorag yang menamai dirinya bang jack. Ya bang jack. Preman pasar yang sangat di takuti oleh para – para preman pasar yang lainnya. Mengapa ya mereka pada takut, padahalkan bang jack tidak sama sekali jahat malah dia mengajarkan ku cara bertahan hidup yang mudah dan cara mendapatkan gaji yag gampag tanpa mikul batu, tanpa ngangkat karung beras. Dan tanpa letih. Bang jack mengajarkan ku cara untuk mencopet. Ya mencopet. Pertama – tama aku sangat tak ingin melakukan halburuk ini. Tapi mau gimana lagi dari pada aku harus lagi – lagi meyusahkan mariyem, kasihan mariyem. Dia sudah teramat baik untuk membantu ku dalm menjalani hari – hari yang sulut ini.
Percobaan hari – hari pertama sangat mudah untuk aku lalui, bisa di bilang sagat mudah. Hari kedua, ketiga dan seterusnya aku semakin terbiasa untuk mencopet. Hanya tinggal mencelupkan tangan di dalam kocek atau ke dalam tas korban, lalu dapatlah aku uang yang lumayan untuk makan dan minumku sekarang. Bahkan skarang aku sudah mempunyai kamar kost sendiri, tak lagi aku numpang di kamarya mariyem.
Suatu hari, dimana aku semakin lincah untuk mencopet,aku mencopet dompet seorang laki – laki yang bisa di bilang lumayan ganteng, tapi tak terlalu ku perhatikan. Setelah sampai di rumah aku membuka dopet itu dan mengambil isi dompet itu,lalu tak sengaja aku melihat foto yang punya dompet. Setelah aku perhatikan, ganteng juga ni orang lebih dari yang aku kira pada saat aku melihatnya di bis tadi siang. Setelah aku melihat foto itu, aku tak tega melihat isi dompetnya untuk aku pakai. Sahingga aku simpan dompet itu dengan seksama di tempat yang tersembunyi tapi aku ingat dimana aku menaruhnya. Maklum di rumah kost ada banyak orang yang berseliweran. Keesokan harinya aku beraktifitas seperti biasanya dengan senag hati, aku berjalan ke tempat yang aku sebut kantor, jalan aku berharap nanti di bis aku akan bertemu dengan orang kemarin yang aku copet.
Akhirnya aku sampai di tempat kerjaku, dan seperti biasa aku akan menaiki bis yang sama pada jam yang tertentu agar tak terlalu terlihat bahwa aku adalah copet. Setelah aku berjalan menelusuri jalanan di dalam bis sambil mencari korban yang akan aku ambil duitnya. Hingga siang aku tak lagi menemui orang yang dompetnya ada pada ku. Akhirnya aku tak terlalu berharap lagi padanya. Hari ini aku hanya mendapat 1 korban saja. Dan aku memutuskan untuk pulang saja.
Sesampainya aku di rumah aku membuka lagi dompet pria tampan itu. Dan aku menemukan KTPnya, ini harapan dan jalan keluar bisikku dalam hati.
Keesokan harinya tak buang – buang waktu lagi aku langsug meluncur ketempat yang di maksud di KTP itu, tak beberapa Lama aku sampai di sana. Gerbang kompel yang amat bagus untuk penglihatanku. Aku masuk dan bertanya pada pak satpam setempat tentang rumahnya pria itu. Untungnya pak satpam itu menerima dengan baik sapaan ku.
Akhirnya aku sampai di rumah pria itu. Oh ya nama pria itu Arya Pangestu. Nama yang cukup bagus untuk ukuran ku. Aku mengetuk pintu rumah itu dan pura – pura bertanya, dan salah alamat. Tak berapa lama pria itu keluar dan menyambutku dengan ramah, oh syukurlah ia tidak tahu kalau selama ini dompet nya yang memuat segalanya itu ada padaku.
“Maaf benar ini rumah pak Suwono,” Tanyaku dengan asal saja tanpa difikirkan sebelumnya.
“Oh pak Suwono, maaf ini bukan rumah pak suwono tapi ini rumah pak Yunus Sudarsono.” Jawabnya
“Hah.. Salah ya ?”
“iya mba klo rumah paksuwono yang cat pink itu yang beda dua rumah dengan rumah saya.”
“oh yang itu”
“iiya mba”
“makasih ya mas, oh ya boleh saya tahu namanya mas?”
“Namaku Arya Pangestu”
“Oh ya udahlah saya mau lagsung aja kerumah pak suwono, karena saya sudah bikin janji sama dia.”
“Baiklah kalau begitu”
“Assalamu`alaikum”
“Wa`alaikum salam” jawabnya.
Aku pun datang ke rumah pak suwono, dan lagi – lagi aku harus berbohong dengan orang tua yang satu ini. Aku beralasan sebagai guru private yang di pesan oleh baak suwono sendiri. Dan lagi – lagi entah kenapa aku benar lagi,padahal itu terjadi secara tidak aku perkirakan. Mungkin tuhan sudah menunjukkan jalan untukku agar aku bisa lancar menghadapi keadaan – keadaan yang tak terduga oleh ku.
Tak lama aku berbincang - bincang dengan pak suwono aku pun pamit pulag dari rumahnya. Kami pun berpisah di depan pagarnya pak suwono.Sesudah dia masuk aku langsung pulang dengan wajah yang berseri – seri dan melambangkan orang sedang jatuh cinta. Dasar pencopet, rupanya bisa juga kecopetan cintanya sama seorang yang kalem, halus dan ganteng.
Besok aku kembali ke kantorku dan akan menjadi pencopet lagi tapi kali ini aku tak lagi sampai malam melaikan hanya sampai siang saja. Karena aku harus mempersiapkan diriku untuk mengajarkan anak pak suwono yang masih SD itu beberapa pelajaran, salah satunya matematika, pelajaran yang sangat aku suka dari dulu hingga sekarang hanya saja sekolah ku tak selesaihinngga ke bangku SMA kelas 3 hanya sampai SMA kelas 2 saja karena tak tersedianya dana untuk aku melanutkan sekolahku hingga ke jenjang itu.
Tibalah saat untuk aku mengajar, di sela – sela aku mengajar anak pak suwono yang bernama rasti aku sambil mencari selah untuk bertanya tentang arya pangestu kepada rasti. Semua pertanyaan yang aku utarakan pada rasti di jawab oleh rasti dengan santai dan tampaknya jujur. Yaiyalah wong tuh anak masih kedil, masih lugu, masih kelas 2 SD.
Sesampainya di rumah aku merebahkan badanku dan masih terngiang – ngiang dengan apa yag dikatakan oleh rasti, yakni bahwa si arya ituorangnya pinter, dan baik hati dengan semua orang. Dan rasti mencerikan hingga hal yang sangat mengejutkan dan membuatku geli, karena menahan ketawa, rasti menceritakan padaku tentang dompetnya si arya yang hilang waktu dia pulang naik bis.
Katanya, mas arya itu baru aja kehilangan dompetnya yang baru ia beli di yogya waktu liburan yang lalu. Tapi saying hilang begitu saja tanpa ada jejak.
Aku jadi tak enak sendiri mendengar cerita rasti itu. Tapi mau di gimanain lagi nasi sudah menjadi bubur, tapi aku berjanji akan megembalikan dompetnya si arya ketika watuitu sudah tepat untuk memberitahukannya.
Besok aku sudah harus memulai hidupku lagi,adi aku putuskan untuk menyudahi hari yang melelahkan ini dan tidur untuk menglang masa 2 jam bersama rasti yang membuatku terngiang dengan ceritanya itu…..
To be contineu....
karya: Padia
Sabtu, 14 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar