Senin, 15 Juni 2009

Awas, Godaan Belut!

Bergerak dalam dakwah tak ubahnya seperti bertani. Diawali dengan kehati-hatian menyemai benih. Kemudian, dengan penuh was-was, menanamnya di areal sawah luas. Ada rasa khawatir kalau tunas-tunas muda termakan hama. Tapi kadang, kehadiran belut dan gabus bisa menggoyahkan penantian. Demi rezeki dadakan, padi muda terlantar.
Hidup dalam gerakan dakwah memang penuh tantangan. Seperti tak mau berhenti, ujian dan cobaan silih berganti menghadang. Kalau mau ditafsirkan, ujian mungkin bisa berukuran kolektif. Dan cobaan bersifat individual.
Disebut kolektif, karena cakupannya menyeluruh meliputi apa pun. Termasuk, lembaga yang menjadi payung dakwah. Bayangkan, jika sebuah lembaga yang begitu peduli dengan dakwah dicap sebagai sarang teroris. Mulailah cap buruk itu menyebar ke seluruh masyarakat. Ada yang prihatin, dan tak sedikit yang akhirnya mencibir.
Begitu pun dengan cobaan. Tanpa dakwah pun, setiap orang tak bisa luput dengan cobaan. Karena hakikat kehidupan adalah cobaan. Siapakah di antara kita yang akhirnya mampu mempersembahkan produk yang terbaik. Dan dakwah memberikan bobot tersendiri dari nilai sebuah cobaan. Apa pun bentuknya.
Lahir dan meninggal misalnya, merupakan pemandangan biasa buat masyarakat. Biasa karena setiap orang akan mengalami itu. Tapi, itu akan berbeda ketika sudut pandang menyertakan hitung-hitungan dakwah. Kelahiran bisa diartikan sebagai penambahan aset dakwah. Dan kematian berarti pengurangan pendukung dakwah. Penambahan dan pengurangan pendukung dakwah adalah bentuk lain dari anugerah dan masalah dalam dakwah.
Pendek kata, seorang aktivis dakwah tidak mungkin memisahkan antara masalah pribadi dengan masalah dakwah. Keduanya selalu berkait. Masalah mencari isteri atau suami, juga akan berdampak pada masalah dakwah. Begitu pun dengan urusan pekerjaan, lokasi tempat tinggal, dan sebagainya.
Di masa Rasulullah saw., ada seorang sahabat dari kaum Anshar yang menangkap pesatnya perkembangan Islam dengan kacamata yang keliru. Di satu sisi, ia memang bersyukur kepada Allah swt. Islam kian meluas menembus batas benua. Tapi, ketika menoleh ke diri dan keluarga, ia pun mulai terpengaruh untuk tidak lagi ikut dalam pentas perjuangan Islam. “Ah, cukuplah perjuangan saya sampai di sini. Sudah banyak kader-kader Islam yang lebih kredibel. Kini, saatnya memperbaiki ekonomi pribadi,” seperti itulah kira-kira ungkapan sang sahabat.
Saat itu juga, Allah swt. menegur. Turunlah ayat Alquran surah Albaqarah ayat 195: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat ihsanlah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.” (diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Ayub Al-Anshari. Menurut Tirmidzi, hadits ini shahih)
Mungkin, secara manusiawi, niat baik sahabat Rasul itu bisa dimaklumi. Wajar kalau mereka mulai menatap kemapanan ekonomi diri dan keluarga setelah sekian tahun berkorban habis-habisan buat perjuangan dakwah. Wajar kalau seorang kader perintis mulai menghitung masa depan keluarga setelah tampak masa depan Islam kian gemilang. Mungkin, dalih-dalih itu bisa dianggap wajar.
Namun, Allah swt. justru menilai niat itu sebagai sesuatu yang berat. Salah. Bahkan, menjerumuskan diri kedalam jurang kebinasaan. Allah swt. tidak menginginkan hamba-hamba-Nya yang selama ini gemar investasi pahala yang begitu besar, tiba-tiba putus untuk urusan domestik. Karena, balasan dari Allah yang telah tersiapkan jauh lebih baik dari apa yang akan mereka usahakan di dunia ini.
Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 14, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).”
Peristiwa itu kian mengingatkan generasi dakwah pasca sahabat Rasul bahwa sulit memisahkan antara kepentingan dakwah dengan urusan pribadi. Karena di situlah nilai lebih seorang aktivis dakwah. Ia telah menjual dirinya kepada Allah swt. Dan transaksi itu mencakup bukan saja urusan potensi diri, melainkan juga segala sumber daya yang melingkupinya. Termasuk, harta dan bisnis.
Begitulah firman Allah swt. dalam surah At-Taubah ayat 111. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh….”
Suatu ketika, ada seorang pemilik pohon kurma yang pelit dengan tetangganya. Mayang pohon ini menjulur ke rumah sang tetangga yang fakir. Setiap kali akan memetik buah, sang pemilik selalu melalui halaman si fakir. Tapi, tak satu pun kurma yang diberikan. Bahkan, kurma yang sempat terpegang anak sang tetangga yang fakir pun ia rampas. Tinggallah sang fakir menahan rasa. Hingga akhirnya, ia mengadu ke Rasulullah saw.
Rasulullah menemui sang pemilik pohon. “Maukah kau berikan pohon kurmamu itu kepadaku. Dan ganjaran pemberian itu adalah surga,” ucap Rasul. “Hanya itu? Sayang sekali, pohon kurma itu teramat baik.” Dan, sang pemilik itu pun pergi.
Tawaran Rasul tetang pohon kurma itu pun sampai ke telinga seorang sahabat yang kaya. Ia menemui Rasul. “Apakah tawaran Anda tadi berlaku juga buatku?” tanya sang sahabat. Rasul pun mengiyakan. Serentak, ia mencari sang pemilik pohon. Dan terjadilah tawar-menawar. Sang pemilik pohon berujar, “Pohon kurma itu tak akan aku jual. Kecuali, ditukarkan dengan empat puluh pohon kurma.” Awalnya, sang sahabat agak keberatan. Tapi, akhirnya ia pun setuju. Kemudian, ia menyerahkan kepemilikan pohon itu kepada Rasulullah saw. Dan, Rasul menghadiahkannya kepada si keluarga fakir.

Peristiwa itu mendapat penghargaan tersendiri dari Allah swt. Dan, turunlah surah Al-Lail. Di antara surah itu berbunyi, “…Ada pun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga). Maka, Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan ada pun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Serta mendustakan pahala yang terbaik. Maka, kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan yang sukar)….” (QS. 92: 5-10)
Ujian dan anugerah akan silih berganti menghias jalan dakwah. Dan, pagar jalan itu adalah sabar dan istiqamah. Tinggal, bagaimana pilihan kita. Siapkah kita menanti panen padi dakwah yang telah kita tanam dengan waktu yang begitu lama. Atau, menjadi terpedaya dengan lambaian belut dan gabus yang menggiurkan.
Subhanallah………. Cuplikan cerita ini mengingatkan kita akan ladang da’wah terutama di MAN 1 yang semakin kurang tunas barunya. Mungkin kita sebentar lagi akan naik kelas 3 (AMIN……Insyallh) dan akan mempercepat langkah kita beranjak dari sekolah lama menuju ladang ilmu yang baru dengan jenjang pendidikan yang semakin tinggi, guna menggapai cita2 Qt yang telah Qt impikan, tapi,,, apakah Qt pernah berfikir akan perkembangan Dakwah.
Saudari ku marilah Qt renungkan,sudah berapa lama Qt berAzzam untuk menjadi ADS, sudah berapa lama Qt mengikuti Tarbiyah, tapi perubahan apa yng telah Qt buat, apa yang telah Qt berikan terhadap Islam ini,jangan tanyakan apa yang telah Islam berikan kepada Qt, tapi adakah sejarah yang telah Qt ukir untuk Islam dibumi MAN ini, tidakkah kah ingin Qt menjadi pengukir sejarah atau bahkan Qt hanya sebagai penonton saja?
Saudari ku selama ini Qt Egois, hanya memikirkan diri sendiri, sibuk dengan hal2 yang tidak penting terlena oleh keindahan Dunia, tanpa Qt memikirkan perkembangan Dakwah khususnya di bumi MAN ini.
Saudari ku Jangan pernah lagi kita egois utk memikirkan diri kita sendiri, menghabiskan wak2 tanpa ada manfa2tnya, tapi ingatlah wahai saudari ku Qt adlh aktifis dan Tegaknya Islam di bumi MAN ini kedepannya ada di tangan Qt, cepat bergerak, tahu apa yang harus di lakukan tanpa di komando lagi
Saudari ku bersyukurlah Qt mendapat kesempatan untuk berladang di ladang amal, dan jangan pernah sia2kan kesempatan ini, ukirlah sejarah dalam hidup ini, jadilah Agent Of Change. sebelum ajal menjemput Qt.
Terakhir jangan pernah berhenti untuk Tarbiyah dan berdakwah…

Tarbiyah bukan segala-galanya tapi Dengan Tarbiyah Qt dapat mencapai segala-galanya.

Tetap Istiqomah dalam Dakwah



Disampaikan pada 3 juni 2009
By: Thambenk






Impian Qu
Nafas berhembus perlahan terengah…..
Menahan raga yang tiba2 terengah pilu……
Tubuh yang tiba2 melemah membuat Q menangis.
Mungkin memang aq cengeng dan lemah
Mungkin aq banyak mengeluh pd semua…
Q juga yang membuat kalian terhanyut sedih
Maafkan aq SAHABAT q……..

Mudah2an hari kemarin tak terulang kembali
Q tak ingin di dalam lemah q mereka menangis
Mungkin memang hidup tak ada yang abadi
Seperti nyawa suatu saat akn meninggalkan raganya

Bolehkah q memohon tuk sekali lagi…….
Kalian harus tersenyum walaupun apa yang akan terjadi
Jika hari itu datang utk mengmbil genggaman sementara q dari kalian
Jika raga yang q dedikasikan itu harus berakhir
Dan membuat peluk hangat terakhir q mengambang……

Q kan tuliskan seluruh kenangan kita dengan tinta biru ini
Di atas nisan q kelak dan q akan bawa wajah kalian di pelupuk mata
Yang akan tetap tertutup utk selamanya dalam bisu…….
Akan q ingat saat2 hangat kalian di sisa hidup q….

Biarkan waktu akan menjawab kehilangannya diri q dari kalian
Biarkan pula raga hangat q terakhir mendekap kalian
Jangan tangisi tinta biru ini…
Jangan pula kalian tangisi kata2 ini……
Apa lg kalian tangisi raga sementara q……..

Q tulis semua ini utk sahabat2 q nun jauh d pelupuk mata Tapi dekat d hati



HARUSKAH JILBAB INI KULEPAS?

Bismillah…
Perlahan tapi pasti. Ia tetap melangkah meski hatinya bak genderang perang. Semua berkumpul di ruang tamu. Ratna segera menghampiri dan duduk di dekat kedua orang tuanya. Walaupun ia tak yakin dengan hal ini, mundur atau terus maju, hatinya bergejolak. Lama ia diam, hinga ayah yang mulai angkat bicara.
“Rat, kamu kenapa diam, tidak seperti biasanya?” tanya ayah
Ratna terkejut, dengan takut-takut ia mencoba mengeluarkan isi hatinya.
“Yah, Ratna ingin pakai jilbab”
Tapi ayah tak begitu menanggapi, wajahnya biasa-biasa saja, seperti tak ada sesuatu yang terlontar dari mulut anaknya. “Apa alasan kamu mau pakai jilbab?” tanya ayah menyelidiki
Jantung Ratna semakin dag…dig..dug. Tapi ia terus berusaha mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan. “Teman Ratna rata-rata sudah pakai jilbab, hanya beberapa orang yang belum, termasuk Ratna. Ratnakan malu, yah.”
“Hanya mau ikut-ikutan? Sebaiknya tidak usah.” Ucap ayah tegas
“Bukan, bukan itu alasan pastinya. Memang sudah sejak lama Ratna ingin pakai jilbab. Tapi, ibu selalu melarang Ratna. Makanya baru sekarang Ratna berani meminta izin.”
“Bagaimana bu?” tanya ayah sambil melirik pada istrinya
“Terserah ayah saja. Ibu hanya sangsi, takut niatnya hanya setengah-setengah. Hari ini menggebu-gebu, besoknya sudah kemana-kemana.” Lugas ibu
“Tapi kali ini Ratna janji bu, Ratna akan pakai jilbab sampai seterusnya.” Ucap Ratna meyakinkan. “Ayolah yah, Ratna benar-benar ingin pakai jilbab.” Tambah Ratna merengek
Ayah berpikir sejenak, lalu menyerup secangkir kopi hangat di hadapannya. “Menurut ayah, sebaiknya kamu itu nikmati dulu masa mudamu. Pakai jilbab itu nanti-nanti saja, kalau sudah kuliah baru ayah izinkan.” Tukas ayah
***
Kata-kata itu menyurutkan semangat Ratna. Telah lelah ia berargumen ini dan itu, hasilnya tetap saja nihil. Namun bagi Ratna itu semua hal kecil yang tak perlu di cemaskan. Ia yakin, saat itu pasti akan datang, pasti.
Kemarin ia boleh kalah, tapi ia yakin tidak untuk kali ini. Setelah tamat SMP, ia meminta untuk di kirim masuk pesantren. Tentu saja permintaannya membuat seisi rumah geger, berkerut kening. Pasalnya sang ibu terlalu sayang padanya, hingga takut terjadi sesuatu pada gadis cantiknya jika tak di dekatnya. “Baiklah, Ratna tidak akan bersedih jika tidak masuk pesantren, tapi Ratna ingin bersekolah di Aliyah!” Ucapnya ngotot. Ya, apa mau di kata, kedua orang tuanyapun mengikuti kemauannya. Akhirnya, mimpi pakai jilbab, telah tercapai, sekarang tinggal menjaga keistiqomahan untuk terus memakainya.
“Nah gitu dong. Ayah dan ibu kan sayang pada Ratna. Apa ayah dan ibu mau kalau anaknya ini badung, tak karuan, kurang ajar, dan suka keluar malam, tidakkan? Bersyukurlah karena di karuniai anak yang sadar akan masa depannya. He…he…he…” tukas Ratna menggoda
Tak dapat terkiaskan betapa senangnya hati Ratna. Setiap hari auratnya selalu terjaga, jilbab menjuntai hingga ke dadanya. Subhanallah, menyejukkan mata yang memandang. Ratna tak segera puas dengan prestasinya ini, ia terus berusaha mengembangkan diri. Menimba ilmu dengan sungguh-sungguh, dan memperbaiki akhlak adalah hal yang selalu di upayakannya.
Suatu sore, teman-teman SMP Ratna; Mira, Sinta,Zia, Vira dan Sukma bertandang kerumahnya. Semua terperangah tak percaya melihat Ratna memakai jilbab, karena mereka tahu siapa dulunya Ratna.
“Ini Ratna Sintia kan? Apa aku mimpi, seorang Ratna yang dulunya putri solek kini memakai jilbab?” tanya Zia sambil mengucek-ngucek matanya.
“Ini Ratna. Memangnya ada yang salah ya?” tanya Ratna
Semua tertawa, tentu saja Ratna yang jadi bahan tawaannya.
“Hei..semua. Aku yakin, seminggu lagi Ratna pasti sudah gerah dengan jilbabnya ini. Kalian tahu kan, Ratna ini tipe orang yang mudah bosan” cela Sukma
Semua kembali tertawa.”Kalian datang kemari karena rindu padaku, atau hanya ingin mencela penampilanku sih?” tanya Ratna dalam hati. Ratna hanya menyunggingkan senyuman. Baginya tak ada yang salah, mungkin mereka yang belum mengerti. Alah, hanya gigitan semut. Lama-lama juga hilang sakitnya,seperti itulah ia menanggapi ejekan-ejekan itu.
“Guys, malam ini kita party, yuk” ajak Mira
“Iya, kita sudah lama tak bersenang-senang nih.” Timpal Sinta
“Setuju.....” jawab yang lain serempak
“Kamu, Rat? Tanya Vira
Ratna kembali mengembangkan senyum,”Maaf, Ratna tidak bisa ikut.”
“Alah, munafik. Dulu, kamu yang suka mengajak kita, sekarang malah kamu yang menolak, jangan sok sucilah, sampai kapan sih kamu tahan dengan jilbab jelekmu itu?” tukas Mira
Astaghfirullah. Ratna hanya dapat mengelus dadanya. Tak sepatahpun dapat keluar dari mulutnya sebagai bentuk pembelaan.
“Ok, kita tanya sekali lagi. Kamu mau ikut tidak?” tanya Vira kedua kalinya.
Lama Ratna menunduk, hatinya galau. Jika ia tetap kekeh pada jawaban tidaknya, teman-temannya pasti marah dan meninggalkannya, bahkan lebih parah, mereka tak mau kenal Ratna lagi. Semua merayu, mendesak, bahkan mengancam. Ratna makin Ragu.
“Rat, kita masih muda. Kalaupun sekarang kamu lepas jilbab dan ikut kita party, tidak akan ada yang marah. Jalan kita masih panjang buat insaf. Bukankah Allah itu maha pengampun, kalau sudah puas, sudah tua, barulah kita bertaubat, mudahkan? Jelas Sukma.
“Betul Rat, selagi masih muda, happy-happy saja dulu. Apa pakaianmu ini tidak membuat risih, ayolah jangan munafik. Yuk ikut kami?” bujuk Mira
Keadaan makin membuat Ratna tersudut,”Haruskah aku buktikan, aku tidak munafik. Tapi kenapa mereka mengatakan aku munafik, munafikkah jilbabku, munafikkah seseorang yang ingin berubah ke arah yang lebih baik, di mana, apanya yang munafik?”. Pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya. Sungguh, ini sudah kelewatan, tapi Ratna mencoba untuk sabar. Jika ia turut dalam situasi panas ini, apa bedanya ia dengan ke lima temannya.
Saat situasi tenang, Ratna mencoba memberi penjelasan.”Teman-teman, Ratna punya sebuah gambaran.” Ia menghela napas, lalu bicara lagi. “Ada kue yang di jual di pinggir jalan. Tidak di tutup, semua orang boleh memegangnya, meraba, bahkan menjamah. Dan ada juga kue yang di simpan di etalase, tak sembarang orang boleh menyentuhnnya. Meski sederhana, namun ia terlihat cantik,bernilai dan terjaga dari tangan-tangan kotor.” Jelas Ratna.”Mana yang lebih mahal?” tanya Ratna sambil terseyum penuh arti. “Kalian menilai Ratna munafik, silahkan. Tapi Ratna yakin, apa yang Ratna perjuangkan sekarang adalah sesuatu yang benar.”
Semua masih tetap diam, jauh dari keadaan sebelumnya, Ratna di bombardir hingga tak sanggup melawan. Sekarang, mereka seperti terkena sihir, semua mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Ratna. “Oya, satu lagi yang perlu kalian ketahui. Allah memang maha pengampun dan penerima taubat, tapi itu bukan jadi alasan kita mudah berbuat maksiat dan dosa. Jangan bangga dengan umur kita sekarang, tidak ada jaminan kita dapat hidup sampai tua.” Ratna berkoar-koar setelah lama menahan gejolak.
“Sudah bu ceramahnya? akhirnya selesai juga siraman rohani ustadzah Ratna kita. Yuk kita cabut, Percuma saja lama-lama di sini” Ajak Zia ketus
Semuanya beranjak pergi dengan raut wajah yang tak mengenakkan. “Maafkan aku. Bagi Ratna ini yang terbaik.”ucap Ratna
***
Malam harinya, ibu mengadukan kecemasannya pada ayah. “Yah, ibu takut pada keadaan Ratna sekarang?”
“Memangnya kenapa bu?”
“Ituloh pak, semenjak beberapa minggu ini, sikapnya berubah. Dia lebih banyak di luar, katanya ikut kegiatan mentoring, dan kalau di rumahpun ia tak banyak bicara, setelah membantu ibu kerjaannya hanya di kamar,mulutnya sering komat-kamit, saat di tanya,”Sedang Dzikir bu”. Ibu takut yah, Ratna ikut aliran sesat. Sebaiknya ayah larang dia ikut mentoring lagi.” Pinta ibu
Setelah mendengar penjelasan itu, ayah segera memanggil Ratna.
“Ada apa yah?” tanya Ratna
“Kata ibu kamu ikut mentoring di sekolah. Ayah mau tahu, apa saja yang kamu lakukan selama mengikuti kegiatan tersebut?” tanya ayah
“Iya, Ratna ikut kegiatan mentoring agar hidup Ratna lebih berwarna. Pertemuan di isi dengan mengkaji Al qur’an, diskusi, dan bakti sosial. Memang ada apa yah, tumben-tumbenan ayah bertanya hal ini pada Ratna?”
“Ratna, mulai saat ini kamu ayah minta untuk tidak mengikuti kegiatan mentoring lagi!” Lugas ayah
Mendengar itu, tentulah Ratna terkejut.”Kenapa yah? Apa yang salah dari kegiatan itu?”
“Banyak alasannya. Pertama, semenjak kamu ikut kegiatan itu kamu jarang di rumah, sering pulang sore, dan hari minggu saja kamu tak ada di rumah. Kedua, Ayah takut kamu ikut aliran sesat. Ibumu bilang kamu sering mengurung diri di kamar, komat-kamit sendiri, dan ketika di tanya, jawabannya selalu bilang sedang dzikir. Ketiga, kamu itukan di sekolahkan untuk belajar. Bukan untuk ikut kegiatan seperti itu.” Jelas ayah
Ratna tahu, orang tuanya pasti belum terbiasa dengan sikap barunya. Dengan hati-hati ia mencoba membela diri. “Ayah, Ratna tahu yang terbaik buat Ratna. Ayah harus percaya sama Ratna. Kegiatan itu positif, bukan aliran sesat, dan juga tidak mengganggu belajar Ratna di sekolah. Malah itu membuat Ratna semakin semangat menuntut ilmu.”
Tak dinyana, ayah menggebrak meja. “Ratna, teriak ayah. “Kamu sudah berani melawan ayah yah. Ayah tidak mau tahu apapun alasannya, kamu tidak boleh ikut mentoring lagi, paham!” Bentak ayah
“Tapi, yah” bela Ratna
“Sudah. ayah lelah. Awas kalau kamu ketahuan masih mengikuti mentoring itu lagi. Jangan sesali kalau ayah memindahkanmu ke SMA lain, atau memberhentikanmu sekolah!” bentak ayah kedua kalinya sambil pergi meninggalkan Ratna yang tak mampu menahan kesedihan, melelehkan air mata, terisak, dan lari ke kamarnya.
***
Tumpahan tangis itu kini membuncah lagi. Namun Ratna menangis di pelukan orang yang mengerti keadaannya. Mbak Nabila, salah satu mentor yang dekat dengannya.
“Lantas, karena semua halangan ini, membuat kamu jadi lemah dan putus asa?” Tanya mbak Nabila
Ratna melepaskan diri pelukan mentornya, dan mengusap air matanya.
“Ratna tidak tahu lagi mbak harus bagaimana. Ratna pikir ini adalah jalan terbaik dan semua orang terdekat akan mendukung. Nyatanya, tidak. Mereka malah memojokkan.” Jelas Ratna kembali sesegukan
Mbak Nabila terseyum, mendekat pada Ratna, dan membisikkan sesuatu ke telinganya. “Minta pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Jalan dakwah yang menghantarkan kita pada syurga tidak landai dan berbunga. Tapi menanjak, berkerikil, panas, dan penuh rintangan. Ratna, Sesuatu yang benar harus di iringi pula cara yang baik. Saran Mbak, kamu harus banyak intropeksi diri. Mungkin cara kamu, atau sikap kamu yang membuat mereka seperti itu. La tahzan, innallaha ma’ana”
Pelukan mereka semakin erat. Ratna semakin kuat menangis. Tangisan bahagia, kata-kata itu mengalir seperti mata air yang menentramkan. “Aku harus samangat. Kebahagian abadi itu tidak mudah di dapatkan. Tawa itu bukan nilai pasti dari kebahagian, ketika kita dapat menjalankan syariat Allah, meski penuh cacian, deraan, tangis juga dapat berarti bahagia.” Ucap hati Ratna.

SELESAI
Pontianak,mei 09.

Sabtu, 14 Maret 2009

TIPS CERDAS

karya: mahadaya senja

Sebagian besar dari kita (Siswa) banyak mengeluhkan sulitnya mengatur waktu untuk menyeimbangkan diri sebagai mahluk sosial, agamis, dan intelek. Gak sempat belajar, karena pulang ke rumah membawa setumpuk kelelahan akibat padatnya kegiatan di sekolah.sesampainya, langsung” ZZzzzzssssttt…….(alias ngorok)”,etc .Ujung2nya jadi siswa yang adem ayem aja di kelas, gak ada prestasi yang membanggakan. bener gak sih? Kalau iya, ni ada sedikit tips buat kamu yang punya masalah memanage kehidupan kamu selama menjadi siswa.

  1. Sebelum masuk pelajaran, sudah siap bahan.
  2. Fokus ketika belajar, everywhere!
  3. Pilih tempat yang PW ( Ditengah/ barisan depan)
  4. Jangan salah pilih patner

Kamu orang yang suka ngobrol, duduk sebangku sama orang yang kurang lebih sama denganmu.gimana jadinya? Ya, siapa yang mau dengerin kalu gurumu ngomong, kalian berdua juga asyik masyuk ngomong..

  1. Ikut les atau bimbingan di luar sekolah untuk menunjang prestasi kamu
  2. Kerjakan tugas dengan baik
  3. Ada tugas rumah? cepat kerjakan. Jangan tunda – tunda!!!
  4. Ada rumus/hapalan?

Catat – tempel di t4 sering kamu lewati – hapalkan

  1. Jadwal belajar

20.00 – 21.00 : ngerjakan tugas2 hari ini + nglengkapin catatan

03.00 – 04.00 : belajar pelajaran berikutnya + latihan

Setiap ganti jam pelajaran : baca2 pelajaran selanjutnya

  1. Berdoa, musti!

Sob, gak ada kata terlambat untuk berubah,

Awalnya emang sulit nerapinnya. Tapi yakinlah,lama2 ini bakal jadi mudah.

Semoga tips ini bermanfaat,

Jadi siswa cerdas??? siapa Atut!!!!

maret 2009

APKAS

Karya: Mahadaya Senja

”Rin, maafkan aku yang menyayangimu. Jangan marah pada Dinda, karena dia tidak salah. Aku bahagia, walau hanya sebentar. Tapi sungguh aku bahagia. Tuhan telah berikan kesempatan aku untuk mengenalmu, untuk dapat perhatian padamu, menjadi penjaga jiwamu.”

Aku tahu ada yang berubah. Tapi aku hanya dapat bungkam. Hanya saja, kalau aku terus diam, aku tak mau itu terjadi "ih ... jijik". Semakin hatiku bertanya mengapa dia berubah, aku semakin berpikiran yang tidak-tidak padanya. "Apa dia??? Ah.. sudahlah. Jangan dipikirkan."

Siang itu badanku terasa panas. Wah ... narnpaknya aku akan demam. Hingar bingar kelas, celotehan Danu si mulut ember, hanya seperti bunyi kentut olehku yang semakin dapati tubuh ini semakin lemah.

"Rin, kenapa?" tanya Dinda

"Mmm ...tidak, ada apa” Jawabku gelagapan karena kehadirannya secara tiba-tiba.

"Bohong...., muka kamu merah. Kamu sakit ya?" tanya Dinda semakin serius.

"Ya ampun, aku tidak sakit Dindaku, sayang. Sudahlah aku sehat." Ucapku sambil mencubit pipinya.

Keesokan harinya, panas badanku belum juga turun. Batuk bersarang di tenggorokan, sakit sekali, aku jadi tak konsen belajar.

"Au ... kenapa ini? Aduh .... perutku sakit.” Tiba - tiba saja aku sakit perut. Dan au... aku makin merasa kesakitan. O... Tuhan, lengkap sudah penderitaanku. Sakit kepala, panas, dan kini di tambah lagi sakit perut. Aku hanya dapat meringkih pelan, jangan sampai ada yang tahu kalau aku sakit. Tapi aduh....., sakitnya semakin menjadi-jadi.

"Ini, minyak kayu putih, semoga dapat membantu "ucap Dinda sambil meletakkan barang itu di atas meja.

Kuucapkan terima kasih padanya ketika ia berlalu dari hadapanku. "Semoga dapat membantu", ya mungkin saja. Saat istirahat, kulihat Dinda sedang menulis sesuatu sendiri, aku menghampirinya.

”Terimakasih, kamu sangat perhatian" ucapku.

”Sama-sama. Memangnya kamu sakit apa? Lagi haid? Tanyanya.

Aku menggeleng, dan itu menjadi jawaban singkat yang tak perlu di korek lagi alasannya.

"Dinda, kemarin waktu kamu nelpon menanyakan aku sudah pulang atau belum, bibi aku bilang"Teman kamu itu perhatian sekali sih."

"Lalu kamu bilang apa?" tanya Dinda.

"Ya aku bilang, mungkin kamu memang seperti itu. Perhatian sama semua orang."ucapku.

Dinda menatapku sambil tertawa. Lalu pergi untuk menghantarkan tugasnya.

*****

Hawa malam tak begitu menggigit, tapi dingin sangat menusuk tulang. Aku menggigil di kamar sendiri, hanya sendirian. Aku tak mau merepotkan paman dan bibi. Aku tahu diri, jauh dari orang tua harus membuat aku mandiri. Maka aku harus kuat untuk melawan sakit ini.

"Tok ... tok ... tok... "

Terdengar suara pintu depan di ketuk. Aku terpaksa bangun untuk membukakan pintu, kebetulan semua sedang pergi. Setelah pintu kubuka, tak ada siapa-siapa. Aku menebar pandangan ke sekeliling halaman, dan memang tidak ada orang. Pandanganku langsung tertuju pada kantong yang tergeletak di teras. Kuperiksa, dan ternyata sebungkus wedang jahe yang masih hangat. Kupungut barang itu dan kubawa masuk kedalam. Setelah kubuka, secarik kertas jatuh dari dalam kantong itu.




Minumlah, semoga jadi lebih baik.

APKAS

Aku masuk dengan penuh kecurigaan. Semua orang aku curigai. pengirimnya cowok/cewek? Kenapa dia tahu aku sakit? Siapa si Apkas ini? Aah....dari pada aku memusingkan siapa pemberinya, lebih baik kuminum wedang jahenya sebelum dingin.

*****

Seminggu sudah aku tak berdaya. Sakitku tak kunjung pergi, membuat aku lemas di kelas. Tak ada yang tahu sakitnya aku, kecuali sapu tangan yang selalu kubawa kesana kemari, dia begitu berarti saat ini.

Namun lagi-lagi persaan ini menghantui. Aku merasa ada mata yang selalu mengarah padaku, terutama ketika aku batuk atau merebahkan kepala di atas meja. Hust... ! Aku tak boleh Su'udzon, siapa tahu dia sedang melihat yang lain.

Tapi tunggu, ada yang aneh. Ok, tatapan boleh buat orang lain. Tapi, perhatiannya? Kenapa berlebihan? Setiap kali aku sakit, dia selalu mencoba untuk memberi perhatian. Ya, mungkin dia menganggap kau sahabat. Tapi, kenapa perhatiannya lain, seperti perhatian seorang kekasih, apa jangan-jangan dia....???!!! Aku tak oleh berburuk sangka pada orang baik.

Siang itu aku tak percaya. Sebuah bungkusan berisi makanan dan minuman ada di dalam tasku. Siapa pengirimnya? APKAS, lagi-lagi dia. Kecurigaanku tertuju pada teman sekelas kupandangi satu persatu, siapa tahu aku bisa melacak siapa orang di balik ini semua. Dinda, alibiku mengatakan dia yang melakukan ini semua. Jangan-jangan Apkas itu Dinda? Habisnya hanya dia yang saat ini yang begitu perhatian dengan keadaanku. Ingin kutanyakan ini padanya, tapi aku takut, takut dia marah dan tersinggung. Akhirnya aku hanya dapat diam, terima saja semua.

Makanan, obat terus mengalir padaku. Minyak kayu putih milik Dinda selalu kuoleskan ke sapu tangan untuk membantu melapangkan hidungku yang mampet. Lalu makanannya? Tak kuketahui siapa yang memberi.

Ketika pulang les, tubuhku semakin sakit. Kepala terasa berat. Aku ingin cepat pulang. Catatanku berantakan, akhirnya aku bermaksud meminjam catatan Dinda.

"Din, pinjam catatanmu dong?"

Dinda malah cengengesan,"He..he ... he..., catatanku tak begitu lengkap. Nanti malam saja, catatannya akan kuantarkan ke rumahmu."

"Tak perlu, nanti saja. Lagi pula besokkan tidak ada pelajarannya.

"Tak masalah, aku antarkan ya kerumahmu, kalau tidak nanti sore ya malamnya."

"Din, tak usah. Aku tak begitu memerlukannya. Besok saja ketika di sekolah jangan memaksakan diri!" Ucapku

"Aku tak memaksakan diri, tenang saja, pasti antarkan bukunya. ok bos?" jawabnya memberi kepastian.

"Din, kenapa kamu begitu perhatian padaku. Kamu itu bukan siapa-siapa aku. Sudah kukatakan, tidak perlu nanti sore atau nanti malam!!! Kenapa harus memaksakan diri." Bentakku pada Dinda.

"Baiklah kalau kamu minta itu. Ya.. kau memang bukan siapa-siapa." Ucap Dinda sambil keluar dari kelas.

Sampai saat ini aku masih merasa bersalah padanya. Bodoh, kenapa aku harus mmbentak Dinda. Bicara baik-baikkan bisa? Aku memang tidak tahu diri, sudah banyak di tolong, seharusnya balas jasa, ini malah menyakitkan.

Minta maaf kerumahnya, mustahil! Sudah jam 11 malam, mengganggu orang saja. Tak lama kemudian telpon menjerit minta di angkat.

"Halo... "ucapku

"Nurin, ini Nurinkan?" tanya suara itu

"Ya, ini siapa?"

"Dinda."

"Rin, Dinda Cuma mau minta maaf atas kejadian tadi ketika les. aku merasa bersalah. Mungkin perhatian aku selama ini terlalu berlebihan. Maaf ya..."

"Aku yang seharusnya minta maaf. Aku terlalu egois. Aku tak bisa mengontrol emosi. Tak seharusnya aku membentakmu, aku tahu kamu hanyat ingin berbuat baik."

Setelah itu lama kami senyap, sama-sama diam. Tak ada yang mau angkat bicara. "Cinderella, maafkan aku" tiba-tiba suara dipenghujung telpon itu berubah menjadi suara laki-laki.

"Dinda ... kamu masih disitukan?" tanyaku

"Cinderella, izinkan aku bicara." Suara itu memotong. Suara itu bukan suara Dinda.

"Kamu bukan Dinda. Ini siapa? Mana Dinda? Kenapa kamu tahu tentang Cinderella?" tanyaku

"Aku takkan pernah melupakan panggilan buat orang yang aku sayang."

"Ini siapa?" tanyaku penasaran

”Masih ingat laki-laki yang sering bertengkar denganmu gara-gara kita sering beda pendapat saat diskusi di kelas?" tanya suara itu.

Deg. Siapa dia. Mana mungkin dia.....

"Rin, ini aku Fairuz."

Gagang telpon itu terlepas dari genggamanku setelah ku dengar nama itu. Jantungku berdegub kencang, desahan nafasku mewakili ketakutan dan ketidak percayaan.

"Din, aku tak suka main-main. Please, aku mau bicara dengan Dinda. mana mungkin kamu Fairuz, dia sudah mati."

"Izinkan aku jelaskan semua. Diam dan dengarkan, jangan matikan telponnya sebelum kamu dengar semua." Pinta suara itu

Baiklah aku akan diam, akan kudengarkan dia bicara. Tak lama kemudian terdengar tarikan nafas dalam, suara itu mulai bicara.

"Mungkin kamu tak percaya orang yang sudah mati bisa bicara dengan orang yang masih hidup. Tapi inilah aku. Sebelum aku meninggal aku memendam satu rahasia besar. Aku menaruh sayang pada seseorang, seseorang yang setiap hari jadi lawanku berdebat kusir ketika diskusi. Kasih sayangku padanya lebih dari teman-teman wanita yang lain. Entah karena alasan apa, aku berusaha menjadi orang yang selalu ada untuknya. Sayang aku tak punya keberanian untuk rasa itu, dan lebih sayangnya lagi , aku sudah lebih dulu di panggil oleh Tuhan.

Aku mati membawa penyesalan. Aku meminta pada Tuhan:

Tuhan, Andai Kau beri aku satu kesempatan akan kujaga dirinya dalam setiap nafasku. Tolong beri aku satu kesempatan lagi.

Akhirnya Tuhan kabulkan pintaku itu. Rin, kamu masih di situkan?"

"Ya ... aku masih di sini. Ta..tapi apa hubungan kamu dengan Dinda?" tanyaku menyelidiki. Sejauh ini aku masih tak percaya dengan yang terjadi.

"Aku pernah di rawat satu ruangan di Rumah sakit bersama Dinda. kami berkenalan, kita dekat, dan saling bercerita satu sama, lain. Dinda tahu tentang rasa hatiku padamu. Suatu keajaiban aku dapati kau berteman dengannya.

Kamu tahu, aku masih makin tak sanggup menyimpan semua ini ketika malam itu, setelah kalian pulang kerja kelompok, begitu tulisnya Dinda biarkan dirinya kedinginan, memberikan jaketnya untuk kau pakai. Aku merasa 3 bulan tak dapat tenang, sudah merupakan penderitaan yang berat, terkatung-katung di dua antara dunia. Aku lihat kamu juga sakit, sendirian di sini, akhirnya ku putuskan memakai tubuh Dinda, agar aku dapat melepas semua yang kutahan selama ini. Aku dapat menyayangimu seperti Dinda menyayangi temannya. Aku dapat selalu di sampingmu, walau aku hanya bisa memberikan sebatas yang aku mampu.

Rin, maafkan aku yang menyayangimu. Jangan marah pada Dinda, karena dia tidak salah. Aku bahagia, walau hanya sebentar. Tapi sungguh aku bahagia. Tuhan telah berikan kesempatan aku untuk mengenalmu, untuk dapat perhatian padamu, menjadi penjaga jiwamu.

APKAS itu Fairuz.

Aku Perhatian Karena Aku Sayang.

Tut... tut..tut...

Suara itu tinggalkan aku dengan kepedihan yang mendalam. Air mataku menderas, terisak-isak dan tak mampu kutahan. Jiwaku semakin meronta, aku temukan siapa itu Apkas, dan kenapa Dinda sangat perhatian padaku. Aku bahagia, tapi duka juga merundungku, aku kehilangan, belahan jiwa.

Keesokan harinya aku bergegas ke sekolah. Berharap temukan Dinda. tapi, aku salah. Hari ini tak ada Dinda, dan takkan pernah ada Dinda lagi yang perhatian padaku. Kabar yang sampai, mengatakan Dinda meninggal tadi malam, sakit jantungnya tak dapat di tolong.

Mataku semakin sembab. Aku di tinggal lagi oleh orang yang pernah sayang padaku. Kini, siapa lagi yang akan memberikan aku perhatian?

"Tadi malam Dinda sempat menelponku. Aku tak percaya kini dia telah pergi. Begitu cepat rasanya." Lagi-lagi aku hanya bisa menangis.

"Jam berapa dia menelponmu?" tanya Lauren, temanku.

" Sekitar jam 12 malam" jawabku

"Hah. Mana mungkin. Kamu mimpi ya.. Dinda itu meninggal jam 9. Makanya tidur itu baca doa, Ha.....ha ......”

Aku segera tersadar, keringat telah membasahi pakaianku. Aku mencoba menenangkan nafasku yang terengah-engah. ”Syukurlah." Ucapku sambil mengusap dada.

Februari 2009

Minggu, 22 Februari 2009

ular

Definisi UlarULAR (SNAKE)Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Rasanya hampir tak ada orang yang tak mengenal ular, meskipun hanya dari gambar atau fotonya.Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan peganganHabitat dan MakananUlar merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di daerah Irlanda dan Selandia baru dan daerah daerah padang salju atau kutub.Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.Ular memangsa berbagai jenis hewan. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.Kebiasaan dan ReproduksiUlar memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan.Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari.Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (parthenogenesis).Ular dan ManusiaDalam kitab-kitab suci, ular kebanyakan dianggap sebagai musuh manusia. Dalam Alkitab (Perjanjian Lama) diceritakan bahwa Iblis menjelma dalam bentuk ular, dan membujuk Hawa dan Adam sehingga terpedaya dan harus keluar dari surga. Dalam kisah Mahabharata, Kresna kecil sebagai penjelmaan Dewa Wisnu mengalahkan ular berkepala lima yang jahat. Dalam salah satu Hadits Rasulullah saw. pun ada anjuran untuk membunuh ‘ular hitam yang masuk/berada di dalam rumah’.Anggapan-anggapan ini, bagaimanapun, turut berpengaruh dan menjadikan kebanyakan orang merasa benci, jika bukan takut, kepada ular. Meskipun sesungguhnya ketakutan itu kurang beralasan, atau lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang umumnya terhadap sifat-sifat dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh ular. Pada kenyataannya, kasus gigitan ular –apalagi yang sampai menyebabkan kematian– sangat jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kasus kecelakaan di jalan raya, atau kasus kematian (oleh penyakit) akibat gigitan nyamuk.Pada pihak yang lain, ular pun telah ratusan atau ribuan tahun dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia. Ular kobra yang amat berbisa dan ular sanca pembelit kerap digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan keberanian. Empedu, darah dan daging beberapa jenis ular dianggap sebagai obat berkhasiat tinggi, terutama di Cina dan daerah Timur lainnya. Sementara itu kulit beberapa jenis ular memiliki nilai yang tinggi sebagai bahan perhiasan, sepatu dan tas. Seperti halnya biawak, kulit ular (terutama ular sanca, ular karung, dan ular anakonda) yang diperdagangkan di seluruh dunia mencapai ratusan ribu hingga jutaan helai kulit mentah pertahun.Dalam kenyataannya, ular justru kini semakin punah akibat aneka penangkapan, pembunuhan yang tidak berdasar, serta kerusakan habitat dan lingkungan hidupnya. Ular-ular yang dulu turut serta berperan dalam mengontrol populasi tikus di sawah dan kebun, kini umumnya telah habis atau menyusut jumlahnya. Maka tidak heran, di tempat-tempat yang sawah dan padinya rusak dilanda gerombolan tikus, seperti di beberapa tempat di Kabupaten Sleman, Jogjakarta, petani setempat kini memerlukan untuk melepaskan kembali (reintroduksi) berjenis-jenis ular sawah dan melarang pemburuan ular di desanya.Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga, tidak mempunya keistimewaan ada ketajaman indera mata maupun telinga. Matanya selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis sehingga muda melihat gerakan disekelilingnya, sayangnya ia tidak dapat memfokuskan pandangnny. Ular baru dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat.Indera yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya, yang dapat menangkap getaran langkah manusia atau binatang lainnya.Lubang yang terdapat antara mata dan mulut uar dapat berfungsi sebagai thermosensorik (sensor panas) - organ ini biasa disebut ceruk atau organ Jacobson. Ular juga dapat mengetahui perubahan suhu karena kedatangan mahluk lainnya, contohnya ular tanah memiliki ceruk yang peka sekali.Manusia sebenarnya tidak usah takut pada ular karena ular sendiri yang sebenarnya takut pada manusia. Ular tidak dapat mengejar manusia, gerakanny yang lamban bukan tandingan manusia. Rata rata uar bergerak sekitar 1,6 km per jam, jenis tercepat adalah ular mambaa di Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11 km per jam. Sedangkan manusia, sebagai perbandingan, dapat berlari antara 16-24 km per jam.Macam-macam UlarUlar ada yang berbisa (memiliki racun, venom), namun banyak pula yang tidak. Akan tetapi tidak perlu terlalu kuatir bila bertemu ular. Dari antara yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Lagipula, umumnya ular pergi menghindar bila bertemu orang.Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae; akan tetapi bisanya umumnya lemah saja. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).Beberapa jenisnya, sebagai contoh:* ular siput (Pareas carinatus)* ular-air pelangi (Enhydris enhydris)* ular kadut belang (Homalopsis buccata)* ular cecak (Lycodon aulicus)* ular gadung (Ahaetulla prasina)* ular cincin mas (Boiga dendrophila)* ular terbang (Chrysopelea paradisi)* ular tali (Dendrelaphis pictus)* ular birang (Oligodon octolineatus)* ular tikus atau ular jali (Ptyas korros)* ular babi (Elaphe flavolineata)* ular serasah (Sibynophis geminatus)* ular sapi (Zaocys carinatus)* ular picung (Rhabdophis subminiata)* ular kisik (Xenochrophis vittatus)suku Elapidae* ular cabai (Maticora intestinalis)* ular weling (Bungarus candidus)* ular sendok (Naja spp.)* ular king-cobra (Ophiophagus hannah)suku Viperidae* ular bandotan puspo (Vipera russelli)* ular tanah (Calloselasma rhodostoma)* ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)source : wikipediaArticle by : D4ve













JENIS-JENIS ULAR BERBISA
1.King Cobra / Ophiophagus Hannah
2.Black Cobra / Naja sputatrix
3.Ular Welang / Bungarus fasciatus
4.Ular Weling / Bungarus candidus
5.Ular Welang kepala merah / Bungarus flayiceps
6.Ular Cabai / Maticora intestinalis
7.Ular Cabai besar / Maticora bluircata
8.Ular Cinta mani / Trimeresurus wagleri
9.Ular Hijau / Trimeresurus albolabuis
10.Ular Hijau sumatra / Trimeresurus sumatranus
11.Ular Bungka / Trimeresurus papoerum
12.Ular Viper pohon / Trimeresurus poniceus




KING COBRA(ULAR ANANG,TEDUNG BESAR, ORAY TOTOG)

CIRI-CIRI
1.1.BADAN BERWARNA COKLAT ATAU KUNING HIJAU
2.2. PERUT KEABU-ABUAN
3.3. DAGU & LEHER WARNA JINGGA BERBINTIK-BINTIK HITAM
4.4. WARNA MATA PERUNGGU BULAT TERANG
5.5. ULAR MUDA WARNA HITAM COKLAT
6.6. PANJANG SAMPAI 6 METER

SIFAT BISA
1.1.BISANYA SANGAT KUAT
2.2. MERACUNI SARAF, JANTUNG DAN DARAH

HABITAT ULAR COBRA
1.1. BIASA HIDUP DISEKITAR SUNGAI, HUTAN, SAWAH, LADANG DAN HAMPIR DISETIAP TEMPAT
2.2. AKTIF DI SIANG HARI
3.3. BILA BERTEMU MANGSA BERDIRI TEGAK DAN LEHER DIKEMBANGKAN , DIGOYANG-GOYANG
4.4. SANGAT BERANI, TANGKAS, CERDAS & AGRESIF
5.5. MAKANANNYA ULAR LAIN, KADAL REPTIL LAIN




ular weling

Selain mematikan, bisa ular juga berdampak pengobatan. Namun sejauh ini masih dilakukan penelitian, untuk mencari dosis yang tepat dan aman. Bisa ular diujicoba untuk mencegah serangan jantung dan stroke, serta membasmi kanker dan mengobati alergi berat.
Semua orang pasti sudah mengenal dampak mematikan patukan ular berbisa. Itulah sebabnya, di banyak negara, ular berbisa dianggap musuh dan diberantas habis. Terutama di negara berkembang atau negara miskin, patukan ular berbisa seringkali berakhir maut, akibat tidak tersedianya serum anti bisa ular. Namun dibalik ancaman mautnya, bisa ular ternyata juga memiliki khasiat sebagai obat. Hal ini sudah diketahui sejak lama oleh para ahli pengobatan. Bukan kebetulan, jika lambang kedokteran adalah piala yang dililit ular. Ironisnya, sejauh ini tidak banyak yang mengenal khasiat bisa ular ini. Berbagai penelitian kedokteran terbaru menunjukan, cukup banyak khasiat bisa ular yang dapat dimanfaatkan bagi pengobatan. Misalnya saja, para peneliti di Inggris dan Australia menemukan, bisa ular dapat mencegah serangan penyakit jantung dan stroke serta mengobati penyakit kanker. Akan tetapi, penelitian yang sudah dilaksanakan sejak 25 tahun itu, belum berhasil menetapkan dosis aman dan tepat, bagi pengobatan penyakit menggunakan bisa ular. Standar farmasi yang ketat di negara maju, menghambat pengembangan obat baru tsb.
Bisa ular pencegah stroke
Tim peneliti gabungan dari universitas Oxford, Liverpool dan Birmingham yang mendapat dana dari Yayasan Jantung Inggris, kini sedang melakukan penelitian khasiat bisa ular bagi pencegahan serangan jantung dan stroke. Kedua penyakit ini, di negara maju menjadi pembunuh utama. Di Inggris saja, setiap tahunnya tercatat 270.000 kasus serangan jantung, dan separuhnya berakhir dengan kematian. Sementara jumlah kematian akibat stroke, setiap tahunnya mencapai 60.000 kasus. Tidak mengherankan, jika Yayasan Jantung Inggris membiayai penelitian pengobatan alternatif ini.
Sejak lama sudah diketahui, pada dasarnya, bisa ular dapat dibagi menjadi dua tipe racun, yakni yang disebut neurotoxin atau racun pelumpuh saraf, dan hematoxin atau racun yang melumpuhkan sistem sirkulasi darah. Bisa ular ini merupakan campuran rumit sejumlah enzym. Penelitian lebih jauh, menunjukan terdapat sekitar 20 jenis enzym beracun dalam bisa ular. Setiap jenis ular berbisa, memiliki komposisi racun yang berbeda-beda, berupa campuran antara enam sampai 12 jenis enzym. Masing-masing enzym pada bisa ular itu, memiliki fungsi khas pula.
Di garis depan, bisa ular berfungsi sebagai pelumpuh mangsa dan pembantu pencernaannya. Jadi kalau manusia yang bukan mangsa ular, dipatuk ular, itu namanya sial atau ular merasa terganggu wilayah kekuasaannya. Namun akibatnya dapat fatal. Enzym beracun dari bisa ular tidak pandang bulu, dan bekerja sesuai fungsi alamiahnya. Misalnya saja enzym proteinase, memainkan peranan utama pada pencernaan ular, dan berfungsi menguraikan jaringan kulit atau otot dalam tempo amat cepat. Jika manusia dipatuk ular berbisa, yang komponen racunnya mengandung proteinase, akibatnya jaringan kulit dan ototnya rusak dan mati secara cepat.

Sabtu, 14 Februari 2009

“TELaH kU TEMUKaN …”

Aku mungkin mereka meyebutku dengan manusia aneh..
Aku tak tahu mengapa mereka berkata seperti itu. Mungkin karena aku adalah orang yang bias dibilang miskin .. Dan tidak cantik. Tidak seperti mereka yang cantik dan menawan, yang kaya dan raya, yang indah dan mengagumkan, aku selalu ngin seperti mereka, tapi apa daya aku tak punya apa – apa . .
Tapi ah sudahlah . .
Dunia ini masih banyak ruang yang bias aku tempati bukan hanya ruang sempit ini saja..
Tiba suatu hari aku ingin untuk merubah nasib ku menjadi orang yang lebih baik dari pada sekarang, dan keinginan itu ku wujudkan, dan aku pergi menerawang waktu di kota besar bernama JAKARTA. Disini mulailah segala perjalanan hidup ku yang takku sangka – sangka.
Hari pertama aku sampai di kota besar ini aku terkaget – terkaget dan terheran – heran, kota apa ini. Dalam benakku aku bertanya apakah ini kota yang membawa aku ke dalam keterpurukkan, aku tak tahu mengapa aku bertanya seperti itu, mungkin karena aku shok melihat keadaan seperti ini. Banya preman di mana – mana. Banyakpengemis dimana – mana an satu lagi yang tak mau ketiggalan yaitu sampah . . Inilah yag tidak ada tandingannya, bagaimana tidak tigkat kependudukan ilayah disaa sangat banyak sedagkan lowongan pekerjaan aduh,, bias dibilang sangat kurang..
Hari itu aku sangat bingung, di kota yang seperti ini di mana aku harus tinggal walau hanya untuk bereduh, akhirnya aku teringat bahwa temanku mariyem ada tinggal di Jakarta seorang diri. Mungkin ada celah sedikit kamarnya untuk aku berteduh malam ini. Tapi sepertinya aku mendapatkan sial yang bertimpa – timpa pada hari pertama ku ini. Aku tak tahu dimana rumahnya mariyem. Tak berapa lama aku berjalan ada wartel yang buka pada sore itu. Untungnya aku ada menyimpan nomor handphonenya mariyem. Aku masuk ke dalam wartel itu dan mulai untuk menekan nomor – nomor yang tersedia di telephone itu. Satu demi satu nomor aku tekan dengan teliti, karena apabila tak teliti ya sudahlah aku tak punya uang untuk menyia – nyiakan uang ku kalau hanya sekedar untuk membayar salah sambung.
“Haloo..” Sambut seeorang yang ada di seberang kabel telephone ku.
“Haloo..” Sambut suaraku agar tak di matikan jaringan ini.
“Ini siapa ya?” Suara khas punya mariyem, membuatku yakin ini adalah mariyem.
“Ini Zainab..”
“Zainab mana ya?” Tanya nya balik kepadaku.
“Zainab anaka pak munir” Jawabku.
“Zainab yang anak kampung sebung itu kan?”
“Ya..Ya..”
“Eh Zainab ada apa tumben kamu nelphone aku?”
“Ini yem aku sedang di Jakarta tapi aku tak ada tempat untuk berteduh untuk satu malam ini saja”
“Oh.., jadi”
“Boleh ndak aku nginep di rumah kamu untuk satu malam ini aja”
“Hah . .”
“Gimana ya..”
“Ya, udahlah, ndak papa”
“Yang bener yem”
“Iiya”
Untung ada meriyem di sini, kalau tidak.. Ah aku takut untuk memikirnya.
Keesokan harinya aku bangun di rumah yang tak sama dengan rumah ku yang ada di kampung. Rumah yang sangat aku rindukan dan aku sayangi. Tapi kini aku harus merasa debu yang sangat kotor, yang masuk ke dalamhidugku dan menusuknya, dan membuatku kadang – kadang bersin.
Hari demi hari aku lalui tanpa mengenal lelah apalagi libur dari tantangan. Tapi aku bias menaklukkannya, hingga hari ini hari ke 32 aku ada di Jakarta ini. Dan persediaan uangku sangat menpis. Bayangin aja sudah 1 bulan aku di Jakarta tapi hingga saat ini belum ada satu pekerjaan pun yang aku dapat.
Hingga pada suatu hari aku berteu dengan seseorag yang menamai dirinya bang jack. Ya bang jack. Preman pasar yang sangat di takuti oleh para – para preman pasar yang lainnya. Mengapa ya mereka pada takut, padahalkan bang jack tidak sama sekali jahat malah dia mengajarkan ku cara bertahan hidup yang mudah dan cara mendapatkan gaji yag gampag tanpa mikul batu, tanpa ngangkat karung beras. Dan tanpa letih. Bang jack mengajarkan ku cara untuk mencopet. Ya mencopet. Pertama – tama aku sangat tak ingin melakukan halburuk ini. Tapi mau gimana lagi dari pada aku harus lagi – lagi meyusahkan mariyem, kasihan mariyem. Dia sudah teramat baik untuk membantu ku dalm menjalani hari – hari yang sulut ini.
Percobaan hari – hari pertama sangat mudah untuk aku lalui, bisa di bilang sagat mudah. Hari kedua, ketiga dan seterusnya aku semakin terbiasa untuk mencopet. Hanya tinggal mencelupkan tangan di dalam kocek atau ke dalam tas korban, lalu dapatlah aku uang yang lumayan untuk makan dan minumku sekarang. Bahkan skarang aku sudah mempunyai kamar kost sendiri, tak lagi aku numpang di kamarya mariyem.
Suatu hari, dimana aku semakin lincah untuk mencopet,aku mencopet dompet seorang laki – laki yang bisa di bilang lumayan ganteng, tapi tak terlalu ku perhatikan. Setelah sampai di rumah aku membuka dopet itu dan mengambil isi dompet itu,lalu tak sengaja aku melihat foto yang punya dompet. Setelah aku perhatikan, ganteng juga ni orang lebih dari yang aku kira pada saat aku melihatnya di bis tadi siang. Setelah aku melihat foto itu, aku tak tega melihat isi dompetnya untuk aku pakai. Sahingga aku simpan dompet itu dengan seksama di tempat yang tersembunyi tapi aku ingat dimana aku menaruhnya. Maklum di rumah kost ada banyak orang yang berseliweran. Keesokan harinya aku beraktifitas seperti biasanya dengan senag hati, aku berjalan ke tempat yang aku sebut kantor, jalan aku berharap nanti di bis aku akan bertemu dengan orang kemarin yang aku copet.
Akhirnya aku sampai di tempat kerjaku, dan seperti biasa aku akan menaiki bis yang sama pada jam yang tertentu agar tak terlalu terlihat bahwa aku adalah copet. Setelah aku berjalan menelusuri jalanan di dalam bis sambil mencari korban yang akan aku ambil duitnya. Hingga siang aku tak lagi menemui orang yang dompetnya ada pada ku. Akhirnya aku tak terlalu berharap lagi padanya. Hari ini aku hanya mendapat 1 korban saja. Dan aku memutuskan untuk pulang saja.
Sesampainya aku di rumah aku membuka lagi dompet pria tampan itu. Dan aku menemukan KTPnya, ini harapan dan jalan keluar bisikku dalam hati.
Keesokan harinya tak buang – buang waktu lagi aku langsug meluncur ketempat yang di maksud di KTP itu, tak beberapa Lama aku sampai di sana. Gerbang kompel yang amat bagus untuk penglihatanku. Aku masuk dan bertanya pada pak satpam setempat tentang rumahnya pria itu. Untungnya pak satpam itu menerima dengan baik sapaan ku.
Akhirnya aku sampai di rumah pria itu. Oh ya nama pria itu Arya Pangestu. Nama yang cukup bagus untuk ukuran ku. Aku mengetuk pintu rumah itu dan pura – pura bertanya, dan salah alamat. Tak berapa lama pria itu keluar dan menyambutku dengan ramah, oh syukurlah ia tidak tahu kalau selama ini dompet nya yang memuat segalanya itu ada padaku.
“Maaf benar ini rumah pak Suwono,” Tanyaku dengan asal saja tanpa difikirkan sebelumnya.
“Oh pak Suwono, maaf ini bukan rumah pak suwono tapi ini rumah pak Yunus Sudarsono.” Jawabnya
“Hah.. Salah ya ?”
“iya mba klo rumah paksuwono yang cat pink itu yang beda dua rumah dengan rumah saya.”
“oh yang itu”
“iiya mba”
“makasih ya mas, oh ya boleh saya tahu namanya mas?”
“Namaku Arya Pangestu”
“Oh ya udahlah saya mau lagsung aja kerumah pak suwono, karena saya sudah bikin janji sama dia.”
“Baiklah kalau begitu”
“Assalamu`alaikum”
“Wa`alaikum salam” jawabnya.
Aku pun datang ke rumah pak suwono, dan lagi – lagi aku harus berbohong dengan orang tua yang satu ini. Aku beralasan sebagai guru private yang di pesan oleh baak suwono sendiri. Dan lagi – lagi entah kenapa aku benar lagi,padahal itu terjadi secara tidak aku perkirakan. Mungkin tuhan sudah menunjukkan jalan untukku agar aku bisa lancar menghadapi keadaan – keadaan yang tak terduga oleh ku.
Tak lama aku berbincang - bincang dengan pak suwono aku pun pamit pulag dari rumahnya. Kami pun berpisah di depan pagarnya pak suwono.Sesudah dia masuk aku langsung pulang dengan wajah yang berseri – seri dan melambangkan orang sedang jatuh cinta. Dasar pencopet, rupanya bisa juga kecopetan cintanya sama seorang yang kalem, halus dan ganteng.
Besok aku kembali ke kantorku dan akan menjadi pencopet lagi tapi kali ini aku tak lagi sampai malam melaikan hanya sampai siang saja. Karena aku harus mempersiapkan diriku untuk mengajarkan anak pak suwono yang masih SD itu beberapa pelajaran, salah satunya matematika, pelajaran yang sangat aku suka dari dulu hingga sekarang hanya saja sekolah ku tak selesaihinngga ke bangku SMA kelas 3 hanya sampai SMA kelas 2 saja karena tak tersedianya dana untuk aku melanutkan sekolahku hingga ke jenjang itu.
Tibalah saat untuk aku mengajar, di sela – sela aku mengajar anak pak suwono yang bernama rasti aku sambil mencari selah untuk bertanya tentang arya pangestu kepada rasti. Semua pertanyaan yang aku utarakan pada rasti di jawab oleh rasti dengan santai dan tampaknya jujur. Yaiyalah wong tuh anak masih kedil, masih lugu, masih kelas 2 SD.
Sesampainya di rumah aku merebahkan badanku dan masih terngiang – ngiang dengan apa yag dikatakan oleh rasti, yakni bahwa si arya ituorangnya pinter, dan baik hati dengan semua orang. Dan rasti mencerikan hingga hal yang sangat mengejutkan dan membuatku geli, karena menahan ketawa, rasti menceritakan padaku tentang dompetnya si arya yang hilang waktu dia pulang naik bis.
Katanya, mas arya itu baru aja kehilangan dompetnya yang baru ia beli di yogya waktu liburan yang lalu. Tapi saying hilang begitu saja tanpa ada jejak.
Aku jadi tak enak sendiri mendengar cerita rasti itu. Tapi mau di gimanain lagi nasi sudah menjadi bubur, tapi aku berjanji akan megembalikan dompetnya si arya ketika watuitu sudah tepat untuk memberitahukannya.
Besok aku sudah harus memulai hidupku lagi,adi aku putuskan untuk menyudahi hari yang melelahkan ini dan tidur untuk menglang masa 2 jam bersama rasti yang membuatku terngiang dengan ceritanya itu…..
To be contineu....

karya: Padia

BeRi aQ sEbUaH HAraPaN

WAhAi pUtRa KaU tAk tAu pEraSAaN hAtI QHaTi Q InI sAkIt LeLaH mEnUnGgU CiNtAmU dAtAnG UnTuK qKaU Tak pErNaH NgErTi aKaN pEraSaAn q InI,MuNgKiN KeRnA Kau BeLuM MeRAsaKan TuLuSnYa CiNtAApaLaGi iTu cInTa peRtAMa YANg bErTePuK SeBeLaH TanGAnaQ LeBiH MeMiLiH Kau MeMbErI q SEbUaH HarApAnDaRi pAdA sEkArAnG InI KaU TaK MeMpErDuLiKaN aQ sEdIkItPuNkAu baGaI MeNganGgAp cInTaQ tAx aDA saMa SeKALiWaLaUpUn aQ TaU SebUaH hArApAn uJuNgNyA paStI MenYaKiTkAntApI pALinG TiDaK Aq pErNaH mErAsaKaN bAHaGiA wAlAuPuN sEdEtIk dEnGaN MuTapI KaLaU KaU BaHaGiA uNtUk mEnGaNgGaP q tAk AdAAq ReLa WaLaUpUn iTu mEnYaKiTkAnKArEnA Aq InGiN MeLiHaTmU BaHaGiAAsALkAn kaU Tak SedIhkArNa KaLaU kAu bAHaGiA Aq PuN baHaGiAWaLAuPuN DiLuBuK HaTi Q yAnG PalInG DaLaM InI tErAsA sAkIt daN PeRiH

karya: Tika